Yusril Ihza Mahendra dan pengurus Partai Bulan Bintang (ilustrasi) |
STUDY IN ASAHAN -- Siapapun ketum PBB mendatang kelihatannya akan mempunyai tugas yang tidak mudah mulai dari mengawal pemerintahan Jokowi-Maruf usai suksesnya PBB memenangkan pasangan 01 ini, memastikan PBB lolos PT di 2024, mendorong dan memastikan kemenangan kader-kader PBB ikut Pilkada 2020 dan selanjutnya baik perseorangan maupun koalisi dan tentunya memastikan capres PBB mempunyai tempat di Pilpres 2024 serta target-target lainnya yang akan ditetapkan peserta Muktamar ke-5 mendatang. (baca selanjutnya)
Sejumlah pihak meminta Yusril Ihza Mahendra (YIM) untuk mundur dari jabatannya sebagai Ketua umum DPP partai Bulan Bintang (PBB) sebelum Muktamar ke-V pada September 2019 nanti. Alasannya, YIM telah gagal mengemban amanat Muktamar PBB ke-IV di Cisarua, Bogor tahun 2015 lalu. Muktamar tersebut mengamanatkan agar PBB lolos ke Senayan pada Pileg 2019 ini.
Selain itu, YIM diharapkan dapat memberi ruang berkompetisi kepada kader-kader Umat Islam dari kalangan millenial untuk merebut kursi Ketum DPP PBB.
Pengamat politik, Amir Hamzah menilai posisi PBB pasca Pemilu 2019 ini memang sangat mengkhawatirkan. Sebagai salah satu partai Islam yang tadinya diharapkan menjadi penyalur aspirasi Umat Islam, ternyata perolehan suaranya justru anjlok. “Tadinya PBB menjadi parpol Islam yang diharapkan menjadi lokomotif Umat Islam, penyalur aspirasi Umat Islam di parlemen dengan misi memperjuangkan syariat Islam. Nyatanya, suara PBB hanya sekitar 0,7 persen. Suaranya jauh lebih buruk dibandingkan Pemilu 2014 lalu yang masih peroleh sekitar 1.825.750 suara atau 1,46 persen,” kata Amir di Jakarta, Sabtu (3/8/2019).
Karena itu, Amir menilai selayaknya jika YIM sebagai Ketum DPP PBB menyatakan mundur. Sikap itu sebagai bentuk pertanggungjawaban bukan hanya kepada kader PBB, tapi juga Umat Islam yang tadinya berharap PBB menjadi penyalur aspirasi.
“Pertanyaannya, mengapa PBB tak lolos. Itu lantaran sikap PBB yang dinakhodai YIM salah langkah mendukung paslon pada Pilpres 2019. Mungkin YIM berharap banyak dan bisa lolos ke Senayan. Tapi, akibatnya PBB malah ditinggal pendukung dan pemilihnya. Sebagai bentuk pertanggungjawaban, maka YIM memang harus mundur. Apalagi, jika mengacu pada Muktamar IV PBB yang mengamanatkan YIM untuk mendudukkan kadernya di DPR ternyata gagal,” papar Amir.
Di sisi lain, Amir juga mengapresiasi munculnya kalangan millenial baik di internal maupun eksternal partai yang ingin mengabdikan diri menjadi Ketum DPP PBB. Mengingat, saat ini sudah saatnya era millenial untuk tampil menjawab persoalan bangsa dan negara. Menurutnya, kemunculan orang-orang muda tersebut, juga sebaiknya menjadi pertimbangan YIM untuk mundur.
“Saya dengar, banyak kalangan millenial yang ingin gantinkan YIM. Nah, ini baik untuk kaderisasi, selain itu saat ini sudah masanya yang muda memimpin, Umat butuh kalangan muda tampil memimpin di depan. Sementara Yim sudah cukup berumur. Maka sebaiknya YIM beri ruang kepada yang muda untuk berkompetisi. Caranya, YIM mundur dari posisinya sebagai Ketum PBB. Pergantian kepemimpinan itu biasa dalam organisasi,” jelas Amir.
Di tempat terpisah, Wasekjen PBB Yunasdi juga menyuarakan YIM mundur sebelum Muktamar ke-V yang rencananya akan di gelar di Bangka Belitung pada September 2019 nanti. Yunasdi sependapat dengan Amir bahwa YIM sepantasnya mundur karena telah gagal mengemban amanat Muktamar ke-IV PBB.
“Dimasa kampanye kemarin, YIM menyatakan sendiri siap mundur jika PBB gagal masuk senayan. Sebagai konsekwensinya, YIM harus mundur sebelum muktamar digelar,” tandasnya.
Menurut Yunasdi, YIM harus menyatakan mundur sebelum Muktamar ke-V digelar agar semuanya bisa berjalan sukses. Sebab, jiika YIM menyatakan mundur ditengah-tengah muktamar, lalu ada skenario secara aklamasi meminta YIM maju kembali, maka itu sama saja mengkerdilkan YIM sebagai sosok yang memegang komitmen.
“Jangan lagi ada skenario YIM mundur saat muktamar lalu ada desakan peserta secara aklamasi meminta YIM tetap maju. Kalau begitu, YIM dikerdilkan. Makanya, baiknya YIM mundur sebelum muktamar,” lanut Yunasdi.
Lebih jauh, Yunasdi menyatakan mundurnya YIM sebagai ketum PBB sebelum muktamar akan memberi ruang bagi kalangan millenial untuk maju. Terlebih, saat ini muncul lagi satu calon muda yang memiliki potensi untuk membesarkan PBB, yakni Heppy Trenggono.
“Baiknya YIM mundur beri kesempatan yang muda memimpin. YIM sudah kena penyakit lupa, sama Zulkifli (Ketua DPP PBB) ga kenal, sama Prof. Siti Zuhro, pengamat Politik LIPI yang juga Koordinator Presidium Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) juga ga kenal. Ini bahaya kalau Ketum Parpol pikun. Sekarang banyak millenial yang siap gantikan YIM, selain dari internal juga eksternal, termasuk pengusaha sukses yang merupakan kader Masyumi Mas Heppy Trenggono. Kemarin, kami sudah berjumpa beliau dan siap untuk maju. Sudah ada Ormas islam yang mendukung,” ujar Yunasdi.
Senada dengan itu, Ketua DPP PBB DR. Harjono menyarankan agar YIM mendorong kader muda PBB untuk menggantikannya. Karena, PBB punya banyak kader mumpuni untuk menduduki posisi Ketum PBB.
“Sudahlah YIM mundur saja dan sebaiknya sebelum muktamar. Kan masih banyak yang muda misalnya Yusron Ihza Mahendra, Ketua KAPPU (Komite Aksi Pemenangan Pemilu) PBB dan Yuri Kemal Fadlullah (mantan caleg PBB yang merupakan putera YIM). Ini duet mantap juga, kalau Yusron Ketua, Sekjennya Yuri kan YIM bisa jadi Ketua Majelis Syuro. Kalau mereka tampil dalam debat calon kandidat kan mantap. Masak YIM debat sama yuniornya, meskipun yuniornya itu ilmunya ga kalah sama YIM,” ujar Harjono.
Sebelumnya, sejumlah nama millenial dikabarkan akan maju menggantikan YIM memimpin PBB. Yakni, dari internal, Zulkifli Ali saat ini menjabat Ketua DPP PBB dan Hasfil yang saat ini menjabat Wasekjen DPP PBB.
Sementara, dua calon eksternal, yakni Rijal dikenal sebagai aktivis Islam dan saat ini menjadi Ketua umum (Komando Barisan Rakyat) dan Hairul Anas Suaidi yang akrab disapa Anas praktisi digital ekonomi yang juga anggota Syarikat Alumni Institut Teknologi Bandung (SA ITB).
Belakangan, nama Zulkifli dan Anas menguat. Informasi diperoleh, kedua kandidat siap bersaing dan adu konsep. “Memang sekarang menguat Zul dan Anas. Jadi, kalau ada calon lain, seperti Mas Heppy Trenggono maka ada tiga calon lagi nih yang siap adu konsep. Zul itu sudah matang di organisasi dan juga aktivis Islam, dia sudah siapkan konsepnya untuk PBB agar bisa lebih maju. Anas juga punya konsep pemberdayaan ekonomi melalui teknologi, ini bisa menjawab kebutuhan Umat. Kalau keduanya dipasangkan juga mantap, misalnya Zul ketua dan Anas Sekjennya. Kita lihat nantilah,” pungkas Harjono. (sumber)
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.