Sebagaimana diketahui, meski dikenal sebagai negara miskin, Yaman memiliki cadangan migas yang lumayan bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Negeri ini juga dikenal makmur di era Ottoman atau Khilafah Utsmaniyah sampai Inggris berkuasa.
Namun sejak tahun 2015, kekayaan migas Yaman tidak lagi berada dalam penguasaan pemerintah.
Oleh karena itu terdapat tiga narasi berita yang saling bertentangan.
Pertama, narasi pemerintah yang diakui PBB dan dunia internasional yang menyebut bahwa pasokan minyak ke wilayah Houthi dibajak sehingga tidak sampai ke rakyat yang membutuhkan.
Pemerintah resminya berpusat di Aden sebagai ibukota sementara usai Sanaan dikuasai oleh kelompok Houthi dan mendirikan pemerintahan sendiri bernama 'penyelamat'.
Sementara itu, narasi pemerintah penyelamat di Sanaa di bawah kontrol Houthi menyebut bahwa kekayaan SDA Yaman telah 'dicuri' oleh koalisi Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Hal itu dapat difahami bahwa dengan kondisi konflik sangat sulit bagi Yaman untuk ekspor migas kecuali dengan jaminan dari Arab Saudi dan Uni Emirat.
Untuk diketahui, narasi di pemerintahan Aden juga terbagi dua. Kelompok Reformasi atau Al Islah dukungan Arab Saudi mengklaim bahwa Uni Emirat Arab dengan semena-mena melakukan ekspor tanpa persetujuan Aden.
Walau begitu, UAE merasa tidak melakukannya karena telah bekerja sama dengan kelompok separatis STC yang menguasai sebagian sumber migas.
Meski masuk dalam komponen pasukan pemerintah, pasukan STC terus melakukan upaya pengambilalihan kota-kota migas yang berada dalam kekuasaan pemerintah.
Pemerintah berad dalan posisi lemah karena Aden sendiri kini berada dalam kontrol penuh STC di samping mereka harus terus membendung pergerakan kelompok Houthi.
Demi tetap bisa mengimbangi kekuatan Houthi, pemerintah Aden harus melakukan kompromi dengan separatis STC yang makin hari wilayah kekuasaannya semakin meluas.
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.